PERENCANAAN MANAJEMEN
Dalam proses manajemen, yang menjadi
titik awalnya adalah perencanaan. Jadi perencanaan sebagai awal kita melakukan
proses manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan.
Menurut
George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the
visualization and formulating of proposed activities believed necessary to
achieve desired result”.
Dalam
pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:
1.
Perencanaan
merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan
kongkret.
2.
Perencanaan
merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan
kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3.
Perencanaan
mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang dapat
dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada intinya perencanaan dibuat
sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah
organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut
dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
EMPAT TAHAP DASAR PERENCANAAN
Semua kegiatan perencanaan pada
dasarnya melalui 4 tahapan berikut ini :
1.
Menetapkan
tujuan atau serangkaian tujuan.Perencanaan dimulai dengankeputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan yang jelas,
organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya secara tidak efektif.
2.
Merumuskan
keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari
tujuan yang hendak di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk
pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkutwaktu
yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa,
rencanadapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
Tahap kedua ini memerlukan informasi-terutama keuangan dan data statistik yang
didapat melaluikomunikasi dalam organisasi
3.
Mengidentifikasi
segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern
yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan
masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan kesempatan
serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalah bagian esensi dari
proses perencanaan
4.
Mengembangkan
rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi
pengembangaan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling
memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.
PERENCANAAN OPERASIONAL
Perencanaan
operasional diturunkan dari perencanaan taktis, mempunyai fokus yang lebih
sempit, jangka waktu yang lebih pendek (kurang dari 1 tahun) dan melibatkan
manajemen tingkat bawah.
PERENCANAAN STRATEGIS
Perencanaan
strategis merupakan rencana jangka panjang (lebih dari 5 tahun) untuk mencapai
tujuan strategis. Fokus perencanaan ini adalah organisasi secara keseluruhan.
Rencana strategis dapat dilihat sebagai rencana secara umum yang menggambarkan
alokasi sumberdaya, prioritas, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan strategis. Tujuan strategis biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak.
FAKTOR WAKTU DAN PERENCANAAN
Perencanaan merupakan salah satu
fungsi dari manajemen atau pengelolaan termasuk pengelolaan komunikasi, baik
ditinjau dari segi proses, bentuk maupun komponen-komponen atau
unsur-unsur.
Dari sudut proses, pengelolaan
mencakup unsur-unsur dalam manajemen, baik secara lengkap maupun secara
sederhana. Secara lengkap unsur-unsur tersebut terdiri dari penelitian
pengembangan (litbang); perencanaan; pengorganisasian; pelaksanaan/
pengkomunikasian; monitoring/pengawasan; dan penilaian. Secara singkat unsur
tersebut dikenal dengan POAC (Planning Organizing, Actuating dan Controlling).
Setiap unsur harus mampu didefinisikan baik secara logis maupun akademis. Dari
masing-masing definisi setiap unsur/komponen tidak boleh tumpang tindih. Proses
pengelolaan, bisa berbentuk lingkaran (cycle) termasuk proses komunikasi.
Dari
sudut objek, perencanaan memerlukan faktor-faktor untuk pelaksanaannya, yaitu
man, money, material, dan method untuk mencapai tujuan.
Di
samping faktor proses dan objek juga harus diperhatikan komponen-komponen dalam
proses komunikasi, seperti komunikator, pesan, media, komunikan, efek, feed
back, tujuan, dan lingkungan yang turut mempengaruhinya.
Konsep
Dasar Perencanaan terutama yang menyangkut pengertian merupakan langkah yang
strategis di dalam menguasai konsep-konsep serta indikator-indikator dari
perencanaan itu sendiri.
Perencanaan
merupakan proses karya yang berkesinambungan sampai pada tahap pelaksanaan dan
bahkan sampai pada tahap evaluasi. Seorang perencana selalu berusaha
mengorganisasikan sumber-sumber atau faktor-faktor, seperti orang, material,
dana dalam proses pengerjaan suatu kegiatan. Perencanaan juga merupakan langkah
kedua dalam pengelolaan kegiatan setelah mengidentifikasi masalah-masalah, baik
dari hasil penelitian maupun dari pengumpulan data yang sederhana.
Kurangnya
berfikir strategis dan tidak mantapnya perencanaan dalam kegiatan komunikasi
akan menimbulkan kontroversi daripada memecahkan masalah. Dalam perencanaan,
sering berkaitan dengan istilah goal dan objective di samping meliputi
pendekatan-pendekatan dan strategi yang harus diadakan.
Proses
perencanaan melibatkan berbagai unsur di antaranya menurut Harold Koontz adalah
menentukan tujuan, menetapkan premis-premis serta mencari dan menyelidiki
berbagai kemungkinan rangkaian tindakan yang diambil.
Dalam
penilaian tiap-tiap kemungkinan yang diselidiki berdasarkan pertimbangan untung
rugi serta faktor-faktor yang akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Harus disadari bahwa perencanaan banyak menghadapi faktor-faktor yang tidak
pasti dan berubah-ubah sehingga penilaian terhadap kemungkinan tersebut sangat
sulit untuk dilakukan.
Adapun unsur-unsur perencanaan adalah sebagai berikut:
1.
Policy.
2.
Prosedur.
3.
Progress
(kemajuan).
4.
Program.
Fungsi dan manfaat perencanaan dalam
dunia modern semakin mendapat tempat yang paling penting karena di samping
nilai manfaat juga fungsinya pun semakin dirasakan. Manfaat dan fungsi
perencanaan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1.
Perencanaan
itu penting karena di dalamnya memuat garis-garis tujuan baik yang berjangka
panjang ataupun pendek serta digariskan pula apa saja yang harus dilakukan agar
tercapai tujuan-tujuan tersebut.
2.
Perencanaan
berfungsi sebagai petunjuk (guide) bagi semua anggota organisasi.
3.
Perencanaan
merupakan proses yang terus-menerus.
4.
Perencanaan
berfungsi sebagai alat pengendali.
5.
Perencanaan
yang baik menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia secara efektif
dan efisien.
Faktor
waktu mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal yaitu
:
1.
Waktu
sangat diperlukan untuk melaksanaakan perencanaan efektif
2.
Waktu
sering di perlukan setiap langkah perencanaan tanpa informasi lengkap tentang
variabel-variabel dan alternatif-alternatif,karena waktu diperlukan untuk
mendapatkan data dan memperhitungkan semua kemungkinan.
3.
Jumlah
waktu yang akan dicakup dalam rencan harus dipertimbangkan.
4.
Factor
waktu lainnya yang mempengaruhi perencanaan adalah seberapa sering
rencana-rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki..ini tergantung sumber
daya yang tersedia dan drajat ketetapan perencanaan manajemen.
5.
Waktu
perkiraan akan menjadi masukan penting sebagai teknik lainnya digunakan untuk
mengatur struktur dan semua proyek. Menggunakan teknik estimasi waktu yang baik
dapat mengurangi proyek-proyek besar ke sejumlah proyek-proyek kecil.
ELEMEN PERENCANAAN
Perencanaan
terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu
sendiri (plan).
1. Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai
oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.Sasaran sering pula disebut
tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk
mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.
Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas.
Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan,
pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang
ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutanstakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil
adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya
dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada
dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya.
1. Pendekatan pertama disebut
pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi
sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian
menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat
paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang
yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan.
Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan.
Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti
"tingkatkan kinerja," "naikkan profit," atau
"kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan
sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu .
Pada pendekatan ini, sasaran dan
tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh
karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin
mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga
produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam
pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO
membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan
bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja
memenuhi sasarannya tanpa memedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim
berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada
akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
2. Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai
skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya,
jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan
cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan
cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana
operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku diseluruh
lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur
kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana
dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana
jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga
tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu
tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi
menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah
rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya
seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%."
Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu.
Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi.
Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan
cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan
untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah
mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi
penggunannya, yaitu single use atau standing.
Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali
saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau
"mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama
perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur,
peraturan, kebijakan, dan lain-lain.
PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Pengendalian
manajemen merupakan suatu istilah yang umum dan makin banyak digunakan dalam
berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Kadang-kadang digunakan untuk
pemeriksaan rutin intern, misalnya pada penyusunan kembali pembukaan. Biasanya
interprestasi yang lebih sempit ini ternyata merupakan salah satu kegiatan
daripada struktur pengendalian manajemen yang luas itu. Ada berbagai macam
definisi mengenai pengendalian manajemen. Berikut ini akan disajikan beberapa definisi
tersebut :
1. Menurut Arief Suadi, Ph.D :
Pengendalian
Manajemen adalah semua usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan
digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Atau
Proses
untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan
efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu.
2. Menurut Anthony, Dearden dan Bedford :
Pengendalian
Manajemen adalah semua metode, prosedur dan strategi organisasi, termasuk
sistem pengendalian manajemen yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin
bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan.2
Selain definisi-definisi di atas, berikut ini juga akan disajikan definisi-definisi dari sistem pengendalian manajemen.
Selain definisi-definisi di atas, berikut ini juga akan disajikan definisi-definisi dari sistem pengendalian manajemen.
Dari
definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Pengendalian manajemen adalah semua
usaha perusahaan yang mencakup metode, prosedur dan strategi perusahaan yang
mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan, agar dipatuhinya
kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan perusahaan.
Di atas telah disebutkan bahwa
pengendalian manajemen adalah proses untuk mempengaruhi orang lain dalam
perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan.
Penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapainya dilakukan dalam
suatu proses yang dinamakan Perencanaan Strategis. Perencanaan strategis adalah
suatu proses untuk menentukan tujuan perusahaan, dan strategi untuk mencapai
tujuan tersebut. Oleh karena perencanaan strategis tidak dapat lepas dari
lingkungannya, maka perencanaan strategis dapat juga dikatakan sebagai reaksi
perusahaan terhadap lingkungan. Lingkungan perusahaan adalah : karyawan,
pemegang saham, pesaing, pelanggan, pemasok, lembaga keuangan, pemerintah, dan
masyarakat.
Tujuan perusahaan merupakan arah yang
akan ditempuh perusahaan.
Pada saat perusahaan didirikan, perencanaan baru dapat dilakukan setelah tujuan dan strategi pencapaian tersebut ditentukan. Sebaliknya, setelah perusahaan berjalan, realisasi yang efektif dan efisien namun tidak mencapai tujuan perusahaan dapat menimbulkan evaluasi terhadap program, strategi atau tujuan perusahaan, dan hal ini dapat terjadi berulang kali.
Pada saat perusahaan didirikan, perencanaan baru dapat dilakukan setelah tujuan dan strategi pencapaian tersebut ditentukan. Sebaliknya, setelah perusahaan berjalan, realisasi yang efektif dan efisien namun tidak mencapai tujuan perusahaan dapat menimbulkan evaluasi terhadap program, strategi atau tujuan perusahaan, dan hal ini dapat terjadi berulang kali.
Selain memerlukan pengendalian
manajemen, untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan pengendalian yang lain
yaitu : pengendalian tugas”. Pengendalian tugas adalah : proses untuk menjamin
bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien.
Efisiensi menunjukkan perbandingan ntara keluaran (output) dengan masukan
(input) yang favourable. Sedangkan efektivitas menunjukkan perbandingan antara
keluarga dengan tujuan.
TUJUAN
DAN FUNGSI MANAJEMEN
Tujuan
pengendalian manajemen
Tujuan pengendalian manajemen adalah untuk
memotivasi dan memberi semangat kepada para anggota organisasi, dan selanjutnya
mencapai tujuan organisasi. Ini merupakan proses mendeteksi dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang disengaja,
seperti pencurian atau penyalahgunaan sumber daya. Karena fokusnya pada manusia
dan implementasi rencana, pertimbangan psikologis menjadi dominan dalam
pengendalian manajemen. Kegiatan-kegiatan seperti komunikasi, meyakinkan,
mendesak, memberi semangat, dan memberi kritik adalah bagian penting dalam
proses ini.
Fungsi
pengendalian manajemen
Fungsi pengendalian manajemen adalah
pengukuran dalam perbaikan terhadap pelaksanaan tujuan dan rencana perusahaan
dapat dicapai. Pengendalian manajemen juga dapat berfungsi untuk mengembangkan
dan merevisi norma-norma (standard) yang memuaskan sebagai ukuran pelaksanaan
dan menyediakan pedoman serta bantuan kepada para anggota manajemen yang lain
dalam menjamin adanya penyesuaian hasil pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma
standard. Disini pengendalian manajemen mencoba agar pelaksanaan sesuai dan
cocok dengan rencana atau standard. Juga dalam fungsi ini, controller dapat
membantu. Dia tidak memaksakan pengendalian, kecuali dalam departemennya
sendiri, tetapi dia menyediakan informasi yang akan digunakan oleh pimpinan
fungsional untuk mencapai pelaksanaan yang diharuskan.
Kegiatan dalam bidang pengendalian ini
menghabiskan waktu yang cukup banyak. Sebagian informasi disediakan dari jam ke
jam atau dari hari ke hari. Data lain disiapkan dari minggu ke minggu atau dari
bulan ke bulan, sesuai dengan kebutuhan keadaan. Sebagai contoh, pada
perusahaan yang lebih besar, informasi per jam atau per hari tentang
pelaksanaan belum mungkin berguna, atau biaya-biaya pengolahan per minggu
mungkin dibutuhkan.
Dalam pendekatan masalah-masalah yang
berhubungan dengan fungsi pengendalian manajemen, suatu pandangan yang luas
biasanya akan banyak membantu. Hasil akhir dari fungsi pengendalian tidak hanya
berupa suatu laporan atau prestasi kerja, melainkan seharusnya juga mencakup
pertimbangan – pertimbangan berikut ini :
1. Bantuan terhadap norma-norma untuk
pengendalian.
2. Evaluasi terhadap norma standard,
termasuk analisa yang berhubungan dengan hal itu.
3. Pelaporan tentang prestasi pelaksanaan
jangka pendek yang sesungguhnya dibandingkan dengan kerja yang telah
distandardkan. Pengembangan trend dan hubungan-hubungan untuk membantu para
pimpinan operasional.
4. Memastikan bahwa melalui tujuan yang berkesinambungan,
sistem dan prosedur dapat menyediakan data yang diperlukan dan yang paling
berguna atas basis yang paling praktis dan ekonomis.
Disini jenis pengendalian yang baik
adalah yang melihat ke depan. Ini harus diingat oleh manajemen apabila dia
berpartisipasi dalam fungsi pengendalian manajemen dengan memberikan pemikiran
yang terus menerus terhadap langkah-langkah yang mungkin perlu diambil sebelum
dimulai tindakan operasi untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan
norma atau yang diinginkan. Ini dapat dinamakan sebagai “preventive control”
(pengendalian preventive).
JENIS
PENGENDALIAN MANAJEMEN
Sistem
pengendalian manajemen dapat dibagi dalam 5 (lima) jenis:
1.
Pengendalian pencegahan (preventive controls)
2.
Pengendalian deteksi (detective controls)
3.
Pengendalian koreksi (corrective controls)
4.
Pengendalian pengarahan (directive controls)
5.
Pengendalian kompensatif (compensating controls)
Rincian
kelima jenis pengendalian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengendalian pencegahan (preventive controls)
Pengendalian pencegahan dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk
mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian
pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya.
Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten,
pemisahan fungsi, reviu pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana peribahasa
mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian pula dengan
pengendalian. Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada
pengendalian pendeteksian atau korektif. Ketika dirancang ke dalam sistem,
pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin terjadi sehingga
mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak
dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga masih
dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya.
2.
Pengendalian deteksi (detective controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian
deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi.
Rekonsiliasi bank atas pencocokan saldo pada buku bank dengan saldo kas buku
organisasi merupakan kunci pengendalian deteksi atas saldo kas. Pengendalian
deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap
dibutuhkan dengan alasan: Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur
efektivitas pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat
secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga
harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi.
Pengendalian deteksi meliputi reviu
dan pembandingan seperti: catatan kinerja dengan pengecekan independen atas
kinerja, rekonsilasi bank, konfirmasi saldo bank, kas opname, penghitungan
fisik persediaan, konfirmasi piutang/utang dan sebagainya.
3.
Pengendalian koreksi (corrective controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi
masalah-masalah yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya
adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah
atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor.
Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud pengendalian
koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi
auditor.
4.
Pengendalian pengarahan (directive controls)
Pengendalian pengarahan adalah
pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan
agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.
Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung
oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas
pekerja.
5.
Pengendalian kompensatif (compensating
controls)
Pengendalian
kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya
suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap
kegiatan pegawainya pada usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi
merupakan contoh pengendalian kompensatif.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar